Search This Blog

DIMANA POSISI INDONESIA? 

BENARKAH HARTA AMANAH BANGSA INDONESIA JUGA ADA DI HERITAGE FOUNDATION? 

  

* Sebuah investigasi jurnalistik selama 10 tahun oleh Safari ANS.

Memburuknya
kondisi ekonomi Amerika Serikat yang membawa imbas kepada ekonomi
dunia, menjadikan suatu keniscayaan bagi otoritas lembaga keuangan dunia
untuk mendesak mencairkan dana HERITAGE FOUNDATION yang tersimpan di
Federal Reserve (The FED) Bank, bank sentral negeri Paman Sam itu. IMF,
World Bank dan otoritas lainnya membutuhkan dana besar untuk
menyelematkan dunia. Dana talangan pemerintah Obama sebesar USD 1,3
trilyun, dianggap tidak akan mampu mendongkrak kondisi buruk ekonomi
yang menurut George Soros dan mantan Gubernur FED Alan Greenspan akan
berjalan hingga 2011. Ketakutan itu kemudian mendesak parlemen Eropa dan
AS untuk meminta pemimpin spiritual Vatikan untuk menyetujuinya.
Mungkin saat artikel ini dibuat, Surat itu sudah diteken sehingga
cairlah kekayaan ummat manusia sejagat raya ini. Padahal di dalamnya,
sebagian besar berasal dari harta nenek moyang bangsa Indonesia yang
dulu sering diributkan oleh banyak kalangan dengan icon “Dana Amanah”.
Berapa jumlah dana abadi ummat manusia itu, menurut hitungan manusia,
hampir tidak ada kalkulator yang dapat menghitungnya. Sementara itu,
kalangan tetua dan generasi berikutnya, menurut survei yang saya lakukan
masih berkutat soal mencari sponsor untuk mencairkannya. Bahkan
kelompok Soros pun sempat menghabiskan separo dari harta kekayaannya
untuk membiayai mencairkan Dana Abadi Ummat Manusia itu.



Berdasarkan
hasil investigasi saya sejak tahun 1988, saya berkesimpulan bahwa Dana
Amanah itu memang ada yang tersimpan di FED yang kemudian menjadi aset
dunia. Bahkan petinggi FED ditengarai banyak yang bisa berbahasa
Indonesia, utamanya pegawai atau staf senior. Semuanya itu bermula dari
kisah kerakusan para raja-raja yang ada di nusantara dulu pada era
penjajahan Belanda. Para raja-raja menurut literatur yang saya peroleh,
lebih senang menyimpan batangan emasnya pada De Javasche Bank (DJB),
bank sentral pemerintah kolonial Belanda di Jakarta yang kemudian
menjadi Bank Indonesia sekarang. Tetapi banyak juga memang kekayaan
harta nenek moyang itu dirampas oleh VOC secara paksa. Nah, harta-harta
inilah kemudian diangkut ke negeri Ratu Yuliana (ketika itu). Tetapi,
masih menurut literatur yang saya dapat, setelah Belanda kalah perang
dengan Jerman, maka Nazi membawa kekayaan itu ke negaranya. Nah, pada
Perang Dunia II, Jerman kalah perang dengan Amerika, ya harta itu pun
diangkut ke Amerika yang kemudian dijadikan modal untuk mendirikan The
FED. Inilah yang kemudian mengapa sebagian besar para tetua kita
mengklaim bahwa Indonesia punya saham di FED, namun tidak pernah diakui
keberadaannya. Mendengar kabar buruk tersebutlah kemudian mendorong Bung
Karno selaku Presiden RI untuk melakukan perundingan dengan petinggi
Amerika dan Eropa. Alhasil, Bung Karno berhasil mendapatkan pengakuan
bahwa harta itu memang berasal dari bangsa Indonesia, tetapi mengabaikan
kewajiban bagi negara itu untuk mengembalikannya. Sebab, bagi mereka
itu merupakan harta pampasan perang. Nah, hasil kesepakatan itu dinamai
“Hilton Agreement” yang terjadi pada tahun 1961.



Belum
puas akan hal tersebut, kemudian Bung Karno membuat sebuah ikatan
sejarah antar bangsa. Caranya, Bung Karno memanfaatkan celah bahwa yang
harus ikut teken kontrak dalam traktat internasional tersebut adalah
utusan kerajaan di Indonesia sesuai dengan asal muasal harta pusaka itu.
Berdasarkan hasil kesepakatan raja-raja di dunia, dari Indonesia
kemudian dipercayakan kepada raja di Kraton Solo. Raja ini dianggap baik
dan bijak, tetapi mempunyai kelemahan senang dengan kaum pria. Salah
satu pujaannya adalah Bung Karno sendiri. Kendati Bung Karno bukan type
itu, tetapi Raja Kraton Solo ketika itu mempercayakan kepada Bung Karno
untuk menjadi mandat dalam pengelolaan harta bangsa itu. Hal ini juga
sesuai dengan kesepakatan raja-raja nusantara yang dihimpun Bung Karno.
Maka tercatatlah nama Bung Karno sebagai salah seorang nama yang berhak
mencairkan dana HERITAGE FOUNDATION yang tentunya bersama pembesar dunia
lainnya. Namun, jika Bung Karno tidak bersedia mencairkannya, maka hal
itu tidak bisa terjadi. Sebelum Bung Karno meninggal, ia belum sempat
memberikan mandat kepada siapun untuk mencairkan Dana Abadi Ummat
Manusia itu, sebab hal itu mesti atas persetujuan Yang Mulia Sri Puas di
Vatikan. Tetapi Bung Karno sempat memberikan isyarat kepada lembaga
otoritas keuangan dunia, bahwa kalau dirinya meninggal, maka ada
ciri-ciri dan tanda khusus orang dia percayakan untuk kelangsungan
pencairan dana abadi itu. Karena hukum dunia mengamanatkan, harta amanat
tersebut berlaku selama 400 tahun dan tidak bisa diganggu gugat oleh
siapapun, termasuk oleh Amerika sendiri. Bahkan kantor pajak pun tidak
bisa menjamah special account di FED tersebut.



Namun
krisis dunia terus mendera akibat kegagalan manajemen
perusahaan-perusahaan besar dunia. Tahun 1988, Dana Abadi Ummat ini
sempat digagas untuk dicairkan, salah satu tokoh yang berada di
belakangnya adalah George Soros. Tak sedikit hartanya habis untuk
membiayai proyek ini. Tetapi Vatikan enggan untuk memberikan restu,
sehingga dana itu aman untuk sementara waktu. Namun krisis berikut tahun
2008 di AS dan dunia dinilai sebagai krisis terburuk sejak manusia
modern ada. Teori keniscayaan berlaku di sini, sehingga Vatikan terdesak
untuk menyelelamatkan ummat manusia dari kehancuran. Sebab, menurut
sebuah sumber yang saya terima, jika Sri Paus tidak bersedia merestui
pencairan dana tersebut, ada pihak atau negara tertentu akan mengancam
perang. Agaknya, tidak ada pilihan bagi Vatikan untuk merestui ini walau
sebenarnya Dana Abadi Ummat Manusia ini akan dicairkan pada tahun 2011
nanti.



Yang
unik dari dana ini adalah, ada hukum yang mengatur bahwa rekening
khusus milik HERITAGE FOUNDATION ini tidak bisa diganggu oleh lembaga
keuangan dunia manapun kecuali melalui kesepakatan bersama, termasuk
Bung Karno atau orang yang dipercaya Bung Karno yang pernah saya temui
di luar negeri. Mereka terpaksa harus menjawab pertanyaan-pertanyaan
saya sebagai jurnalis karena saya selalu mengemukakan fakta.
Persoalannya kemudian, apakah pihak Indonesia diajak bicara untuk
mencairkan dana ini. Beberapa orang dekat dengan Presiden SBY yang
pernah saya cek, sedikit agak paham dengan dana ini, tetapi SBY dan para
petinggi republik ini tidak percaya adanya dana semacam itu. Bahkan
Menkeu Sri Mulyana ketika saya hubungi via email dua tahun silam
mengatakan, ini sebagai upaya pembodohan pejabat Indonesia.



Investigasi
saya ini membutuhkan waktu dan biaya yang mahal. Sedikitnya sponsor
saya menghabiskan Rp 5 milyar dalam kurun waktu tiga tahun. Sebagai uji
coba terhadap keberadaan keuangan HERITAGE FOUNDATION, saya beserta
teman-teman mendirikan lembaga International Fund for Indonesia
Development (IFID) di Hong Kong. Hanya saya yang dari Indonesia dalam
badan ini, lainnya berasal dari Hong Kong sendiri, Tiongkok, Australia,
Belanda, Korea Selatan, Jepang dan seorang konsultan keuangan dari
Selandia Baru. Oleh sponsor kami diberi kantor mewah di International
Finance Center (IFC) Hong Kong, persis di appartemen mewah Four Seasons,
satu gedung dengan HKMA (Hong Kong Monitory Authority), bank sentral
Hong Kong.



Caranya,
kami melakukan transaksi bisnis dengan melayangkan surat-surat berharga
dari Indonesia ketika itu nilainya, aduh mak malu menyebutnya, tetapi
itu nyata. Tidak ada dukumen yang kami layangkan kurang dari USD 1
milyar terbitan tahun 1960-an. Baik dokumen dari UBS Switzerland, HSBC
sendiri dan lainnya. Hasilnya mencenangkan. Bahwa dokumen-dokumen
tersebut tidak bisa dicairkan, tetapi bisa tradingkan melalui high yield
program yang kemudian banyak bertebaran sejagat raya. Ini merupakan
cara bank sentral AS dan bank-bank papan atas dunia untuk mengakali agar
Dana Badi Ummat Manusia itu bisa dicairkan. Karena itulah kemudian bagi
yang pernah menjalani program ini, programnya berjalan tetapi uangnya
tidak bisa diambil. Kenapa? Karena otoritas keuangan dunia hanya diberi
kewenangan oleh HERITAGE FOUNDATION untuk menggunakan dana-dana tersebut
bagi kepentingan kemunusiaan. Atas dasar ini pulalah ketika terjadi
bencana Tsunami Aceh tokoh-tokoh dunia beterbangan memberikan bantuan ke
Aceh dengan dalih bantuan kemanusiaan. Padahal event itu menjadi
fasilitas tercanggih bagi mereka untuk mencairkan rolling program yang
dilakukan oleh ban-bank papan atas dunia. Tak ada yang gratis di dunia
ini.



Walaupun
melalui IFID saya di HK tidak berhasil menarik uang tersebut, tetapi
hasil investigasi saya mengungkap bahwa dana Abadi Ummat Manusia itu
ada, dan dokumen dari Indonesia diakui keberadaannya, hanya saja belum
ada satu yang berhasil mencairkannya kecuali Dana Revolusi. Bukan Dana
Amanah. Dana revolusi adalah dana yang dikumpulkan oleh Bung Karno
bersama pejabatnya waktu itu, diantaranya ada Soebandrio yang
dipenjarakan Pak Harto untuk sekian lama. Dana Revolusi pun sebenarnya
lebih banyak dari yang pernah disampaikan oleh tim pembentukan Pak
Harto. Karena sebuah sumber mengatakan, rezim Soeharto sempat mencairkan
dana tersebut dalam jumlah besar. Sebaran informasi yang dilakukan oleh
kawan-kawan saya di HK dengan program Welcome Back Home menghimpun
sedikitnya USD 40 milyar orang Indonesia yang punya uang di luar negeri.
Mereka bersedia membawa pulang uangnya asalkan tidak dipotong
sedikitpun biaya adminsitrasi bank. Untuk kondisi di Indonesia, hal itu
tidak mungkin. Karena kita belum memliki undang-undang offshore banking
dan offshore financing.



Sekarang,
persoalannya, apakah Indonesia akan dibagi dari pencairan Dana Abadi
Ummat Manusia itu? Hampir pasti, Indonesia hanya akan menerima berupa
bantuan-bantuan saja, bukan pembagian seperti yang dikehendaki oleh Bung
Karno. Bantuan tersebut bisa melalui Bank Dunia, IMF atau otoritas
keuangan internasional lainnya. Untuk membuktikan bahwa dana abadi sudah
cair, kita dengar saja. Apakah akan ada suntikan dana segar bagi AS,
Eropa dan dunia dalam waktu dekat ini. Jika itu tidak terdengar ada 2
kemungkinan. Kemungkinan pertama, memang dirahasiakan yang berarti dana
tersebut hanya akan dinikmati kelompok tertentu berbungkus negara
(karena yang bisa mencairkan hanya kumpulan negara-negara). Kemungkinan
kedua, memang Vatikan belum memberikan restu. Kalau belum, berarti
bangsa Indonesia masih ada harapan. Ayo berjuang untuk negeri dan bangsa
ini wahai anak muda. Salam saya, Safari ANS (safari_ans@yahoo.com).

Catatan khusus tentang tulisan ini;

Sebagai jurnalis, saya mempunyai instinct tidak terlalu
jelak. Ketika saya masih bekerja sebagai wartawan di Majalah Warta
Ekonomi tahun 1988, saya mencium ada gelagat yang tidak jujur ketika
sederet pejabat Orde Baru mengumumkan hasil jelajah mereka dalam memburu
harta nenek moyang bangsa Indonesia yang telah terampas secara
sistematis oleh penjajahan Belanda dan Jepang. Kenapa? Ada yang tidak
masuk akal saya ketika itu, dimana jumlah yang diungkap oleh mereka
sangat sedikit. Saya berpikir mana mungkin, Bung Karno dan para
menterinya mengurusi uang sekecil yang diungkap tim bentukan Soeharto
tersebut.
Kala itu, saya pun mengusulkan agar
pemburuan harta bangsa Indonesia ini menjadi liputan utama majalah Warta
Ekonomi. Walaupun saya harus berhadapan dengan tantangan rasionalitas
pemberitaan, tetapi kemudian ide ini berkembang dan memicu saya untuk
terus melakukan investigasi.

0 komentar:

Posting Komentar

Labels

pemilu (25) Pilpres (22) Berita (21) BBC (20) Dunia (20) Hari Ini (20) Cilacap (19) Download (16) Technology (13) Music (12) Perda (12) People (11) Pemilu2014 (9) Pilpres 2014 (9) Web Design (9) Graphic Design (8) Motion Design (8) DCS (7) Fashion (7) Foods (7) PEMILU 2019 (7) Sports (7) Video (7) Gallery (6) Nature (6) Travel (5) tv streaming (5) Phone (4) Cars (3) Cilacap Regency (3) City (3) Entertainment (3) Kesehatan (3) Kuliner (3) Wisata (3) Banyumasan (2) Central Java (2) Indonesia (2) Miras (2) Movies (2) PPWP (2) Pemilu Presiden (2) Print Design (2) RUBRIK (2) Rekap (2) Server (2) SlideShare (2) Title (2) Update (2) VOA (2) inovator (2) kopi (2) BASARNAS (1) PENEMUAN MAYAT (1) 2019 (1) Ada (1) Africa (1) Alaming Lelembut (1) Ardi (1) Asia (1) BASARNAS (1) Calvin Harris (1) DIRGAHAYU (1) Dan (rank) (1) Gaji PNS (1) Gaji ke-13 (1) Gaya Hidup (1) Government (1) HUT RI (1) KPU (1) Kebumen (1) Kenya (1) Korupsi (1) Kudhi (1) Kudu (1) Lebaran (1) Lecturer (1) Los Angeles (1) MTN Group (1) Microsoft PowerPoint (1) New Zealand First (1) Panyebar Semangat (1) Parpol (1) Parpol Pemilu 2019 (1) Penemuan Mayat (1) Pensiunan PNS (1) Peraturan Bupati tahun 2011 (1) Peraturan Bupati tahun 2012 (1) Peraturan Bupati tahun 2013 (1) Peraturan Bupati tahun 2014 (1) Perbup 2011 (1) Perbup 2012 (1) Perbup 2013 (1) Perbup 2014 (1) Perda Cilacap tahun 2000-2014 (1) Perda Cilacap tahun 2004 (1) Perda Cilacap tahun 2005 (1) Perda Cilacap tahun 2006 (1) Perda Cilacap tahun 2007 (1) Perda Cilacap tahun 2008 (1) Perda Cilacap tahun 2009 (1) Perda Cilacap tahun 2010 (1) Perda Cilacap tahun 2011 (1) Perda Cilacap tahun 2012 (1) Perda Cilacap tahun 2013 (1) Perda Cilacap tahun 2014 (1) Peserta Pemilu 2019 (1) Pilpres2014 (1) Programming (1) Radio New Zealand (1) Rita Ora (1) Saka (1) Salah (1) Selasa (1) Short (1) Smiths (1) TIMSAR (1) Test (1) United States (1) Winston Peters (1) X Factor (1) air putih (1) alam (1) alzheimer (1) anti beku (1) apel (1) bakin soda (1) barista (1) batu ginjal (1) bawang bombay (1) brokoli (1) buah-buahan (1) cappucino (1) centhini (1) cnntvlivestreaming (1) dakwah (1) enzim (1) espresso (1) gigi (1) gizi (1) indomie (1) instan (1) italia (1) jawa (1) jeruk (1) kacang-kacangan (1) kamasutra (1) kanker (1) karsinogen (1) keju (1) latte macchiato (1) mie (1) ngapak (1) parkinson (1) pir (1) pohon tertua (1) sehat. penyakit (1) serat (1) strawberry (1) supermi (1) susu (1) tekanan darah (1) wortel (1) yoghurt (1)
 
Top