Hak atas fotoTuul & Bruno Morandi/Getty ImagesImage caption
Gerakan Putih memindahkan hampir 500 ton emas Tsar
Nicholas II menggunakan Jalur Kereta Trans-Siberia. Kereta harta karun
Rusia adalah salah satu legenda paling misterius di negara itu.
Seratus tahun lalu,
kaum Bolshevik menyita seluruh emas dari simpanan emas keluarga Tsar
Nicholas II, atau setidaknya mereka mengira begitu.
Pada malam ketiga perjalanan Trans-Siberian Express di pertengahan Juli, kami menjadi terbiasa dengan panas.
Kereta prasejarah ini tak memiliki pendingin atau pancuran air untuk mandi.
Suami
saya, Dennis, yang tidak berbicara bahasa Rusia, sedang mengutak-atik
kamera videonya yang baru dan mahal, tapi saya lebih beruntung — saya
bisa mendengarkan percakapan.
Saat saya berdiri di lorong kereta
yang sempit sambil menunggu giliran menggunakan kamar mandi, dua pria
Rusia paruh baya yang mengantri di depan saya sedang berdebat panas soal
kereta harta karun yang bergerak di jalur yang sama ini satu abad lalu,
dan menentukan arah Revolusi Rusia.
"Emas itu terkubur di
hutan-hutan di luar sana," kata salah satu dari mereka, menunjukkan
jarinya ke dataran Siberia yang luas yang kami lewati. "Para penjaga
mencuri banyak emas itu dalam perjalanan."
"Tidak, emas itu jatuh ke [Danau] Baikal! Itu sebabnya tak ada yang bisa menemukannya."
Para pria itu tengah memperdebatkan salah satu legenda Rusia
yang tak terpecahkan: bahwa simpanan emas keluarga Tsar Nicholas II yang
disebut-sebut hilang dalam Revolusi Rusia 100 tahun lalu.
Kisah
ini adalah salah satu alasan kenapa kami ada di kereta ini, jadi saya
tak bisa menahan diri untuk tidak menyela percakapan mereka.
"Bukankah
sejarawan percaya bahwa semua emas itu sudah ditemukan dan tercatat?"
saya bertanya. "Saya membacanya di buku Sergey Volkov, Hantu Kereta Emas
Kolchak."
Pria di antrian depan tertawa. "Yang benar saja. Apa kita selalu percaya apa yang ditulis di buku?"
Hak atas fotoAFP/Getty ImagesImage caption
Tentara Merah menaiki kereta bersenjata menuju Siberia pada 1918.
Pintu kamar mandi terbuka dan seorang perempuan tua berjalan melewati kami.
Pria
itu masuk ke kamar mandi, tapi sebelum menutup pintu, dia mengeluarkan
kepalanya dan mengatakan pada saya dengan merendahkan, "Siapapun bisa
menulis apa saja di buku. Tapi jika kamu ingin tahu cerita sebenarnya,
kamu dengarkan cerita orang-orang."
Keluarga saya pindah ke New
York City dari Rusia hampir 30 tahun lalu, tapi saya masih saja tertarik
dengan saga-saga tua negara itu — dan emas tsar yang hilang adalah yang
paling menarik.
Sebelum Perang Dunia I, Rusia memiliki simpanan emas ketiga terbesar dunia, dikalahkan ole AS dan Prancis.
Saat
perang pecah, pendukung tsar, Gerakan Putih, memindahkan hampir 500 ton
emas dari ibu kota St Petersburg, yang mereka rasa terlalu dekat dengan
perbatasan barat Rusia, dan memindahkannya, agar aman, ke Kazan —
kampung halaman saya — sebuah kota perdagangan besar di jalur
Trans-Siberia, sekitar 640km timur Moskow.
Tentara Merah Bolshevik, yang dipimpin oleh Vladimir Lenin dan
komandannya Leon Trotsky, menyerang Kazan untuk merebut emas itu dari
tentara tsar.
Siapapun yang memiliki emas itu akan memiliki cukup
uang untuk membeli senjata dan membayar tentara, dan akan memenangkan
revolusi.
Pada musim panas 1918, setelah pertempuran sengit dengan Gerakan Putih, Trotsky dan Kaum Bolshevik menguasai Kazan.
Namun saat Tentara Merah berbaris penuh kemenangan di tangga Bank Kazan, mereka mendapati tempat penyimpanan emas sudah kosong.
Emas
itu sudah dalam perjalanan ke Siberia, yang saat itu belum dalam
kekuasaan rezim revolusioner. Trotsky pun pergi mengejar dengan kereta.
Hak atas fotoDEA PICTURE LIBRARY/Getty ImagesImage caption
Seratus tahun lalu, perjalanan kereta dari Kazan ke Siberia akan memakan waktu berbulan-bulan.
Setelah mandi malam ala kadarnya di atas wastafel
yang bergerak-gerak di kamar mandi kecil kereta, saya merebahkan diri di
dipan saya, membaca buku Volkov, seorang sejarawan Rusia yang merupakan
ahli di Siberia dan Baikal, terbitan 2011, dan membayangkan dua kereta
yang dilengkapi senjata melewati hutan yang sama seperti yang dilalui
kereta Trans-Siberia Express saya.
Butuh tiga hari untuk mencapai Siberia dari Kazan, tapi seabad lalu, perjalanan yang sama akan butuh waktu berbulan-bulan.
Kereta yang berbahan bakar batubara yang dimasukkan ke perapian secara manual bergerak dengan lambat.
Dan yang lebih penting lagi, kereta itu akan terhambat oleh
pertempuran-pertempuran, kekurangan bahan bakar, cuaca musim dingin yang
keras, dan kekacauan perang, sehingga Gerakan Putih dan Bolshevik
sama-sama tak bisa bergerak cepat.
Pengejaran itu terjadi dalam gerak lambat.
Beberapa
bulan berlalu, separuh jalan di Siberia, kereta harta karun itu sampai
di tangan jenderal Alexander Kolchak, panglima Gerakan Putih yang baru
diangkat. Karena dikejar oleh tentara Trotsky, Kolchak mengarahkan
keretanya semakin jauh ke timur, sejauh mungkin dari musuhnya. Dia
membawa kereta itu ke Irkutsk, sebuah kota perdagangan dekat Danau
Baikal.
Dan di situlah tepatnya kereta saya berhenti.
Hak atas fotoLucille Kanzawa/Getty ImagesImage caption
Emas kemudian ditahan oleh batalyon Cek yang terdampar di kota Irkutsk setelah Perang Dunia I.
Kami tiba di Irkutsk pada tengah malam, saat kota tampak begitu kosong dan pengemudi taksi pun menghilang.
Hanya
dengan sedikit gambaran akan lokasi hotel kami, Dennis dan saya membawa
koper kami menuju jalanan yang gelap, menghindar dari anjing yang
berkeliaran yang tinggal di semak-semak yang rimbun.
Di sini,
lampu jalanan tampaknya tak bekerja, jadi kami menghabiskan satu jam
berjalan di tempat yang kurang lebih sama hanya dengan bulan sebagai
sumber cahaya.
Kami hampir tak percaya ketika kami menemukan hotel kami di balik beberapa pohon tinggi.
Di sini, di Irkutsk, tentara Ceko yang disewa oleh Rusia untuk
berperang bersama mereka pada Perang Dunia I terdampar setelah kaum
Bolshevik menguasai sisi barat Rusia dan memotong semua jalur ke Eropa.
Tentara
Ceko ini ingin pulang, dan ketika kereta emas itu sampai di Irkutsk,
mereka menangkap Kolchak dan emas dan menyerahkannya ke kaum Bolshevik
dengan syarat mereka bisa berlayar dari pelabuhan Vladivostok di timur
jauh Rusia.
Infrastruktur di timur Rusia belum rusak akibat
perang revolusi, jadi bagi tentara Ceko itu, pergi ke arah timur menjadi
lebih aman, dibanding dengan mengambil jalur langsung ke barat.
Barter
itu berhasil. kaum Bolshevik mengambil emas, membiarkan tentara Ceko
memulai perjalanan mereka, dan langsung menembak Kolchak, yang selama 70
tahun ke depan akan digambarkan oleh buku sejarah Rusia sebagai musuh
rakyat dan oleh karena itu layak dihukum mati oleh regu penembak.
Hak atas fotoWolfgang Kaehler/Getty ImagesImage caption
Jenderal Gerakan Putih Alexander Kolchak, yang lama
digambarkan sebagai musuh negara, kini dihormati dengan pendirian
patungnya di Irkutsk.
Namun saat saya dan Dennis mengelilingi jalanan Irkutsk yang lebar keesokan harinya, saya menemukan sesuatu yang mengejutkan.
Di
salah satu alun-alun kota, saya menemukan monumen Kolchak yang baru
didirikan, yang menghormatinya sebagai tokoh politik penting. Sejarawan
Rusia jelas-jelas sudah menulis ulang bab revolusi, plakat tembaga
monumen tersebut menjelaskan bahwa Kolchak berjuang mempertahankan
nilai-nilainya dan dia mati karena melindungi harta kerajaan.
Kisah Kolchak mencapai puncaknya di Irkutsk, namun perjalanan kereta emas itu belum selesai.
Kaum
Bolshevik memindahkan emas ke kereta yang baru dan mengirimkannya lagi
ke Kazan. Menurut Volkov, emas itu dikembalikan secara utuh. Namun
beberapa sejarawan meyakini bahwa emasnya berkurang 200 ton, atau malah
lebih.
Warga setempat meyakini yang terakhir: dengan kekayaan luar
biasa di depan mereka, apakah tentara Ceko yang marah, lapar, dan
kelelahan akibat perang akan menyerahkan semuanya ke Tentara Merah tanpa
menyimpannya untuk mereka sendiri untuk perjalanan pulang?
Teori
dari warga setempat mengklaim bahwa tentara Ceko menyimpan berpeti-peti
emas di kereta mereka sendiri dalam perjalanan ke timur melewati lereng
berbatu Pegunungan Sayan, yang hampir tegak lurus dengan Danau Baikal.
Di
jalur tua yang rapuh itulah diyakini salah satu gerbong yang terlalu
penuh kemudian jatuh ke perairan Baikal yang dalamnya beberapa
kilometer.
Dan sebagaimana legenda itu dikisahkan, disitulah tempat emas itu hingga saat ini.
Hak atas fotoAnnapurna Mellor/Getty ImagesImage caption
Legenda setempat mengisahkan emas tsar kini berada di dasar Danau Baikal.
Keesokannya, kami menaiki kereta Circum-Baikal —
sebuah lokomotif tua dengan bahan bakar batubara yang hanya bisa menarik
dua kereta — untuk melihat perjalanan terakhir emas tersebut.
Saat
kami turun di titik perhentian pertama, di sebuah permukaan tanah datar
di atas tebing berbatu menghadap ke Danau Baikal, Tatiana, pemandu kami
yang berambut pirang dengan suara yang halus, mengingatkan, "Hati-hati
turun, lerengnya sangat curam!"
Kami melewati babushka atau
perempuan tua desa yang menjual roti dan omul, ikan Baikal, asap, dan
menuruni sebuah jalur pejalan kaki yang dipenuhi dengan jelatang.
Tanah yang kami jejaki tidak stabil sehingga kami sering berpegangan pada batang pohon dan batu untuk penyeimbang.
Beberapa orang pemberani berenang di air Baikal yang dingin,
yang bahkan tak mencapai 10 derajat Celsius, saya duduk di gundukan
tanah dan melihat ke atas lereng yang tinggi sampai saya tak bisa
melihat kereta kami. Ya, kereta yang longsor di sini pasti akan jatuh ke
danau.
Tatiana duduk di sebelah saya dan saya penasaran bertanya, "Jadi di sini tempat jatuhnya kereta emas yang terkenal itu?"
Dia tersenyum lebar.
"Tergantung
siapa yang Anda tanya," katanya. "Orang-orang dair Moskow tidak percaya
cerita itu — mereka pikir kami mengarangnya. Tapi para tetua setempat,
yang mendengarkanya dari orangtua mereka, mereka tahu ada sesuatu yang
terjadi. Dan jika Anda memikirkannya, saat itu kecelakaan sering
terjadi. Kereta tua itu goyah dan tidak seimbang."
Hak atas foto ALEXEY DRUZHININ/AFP/Getty ImagesImage caption
Pada 2009, Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi
kapal selam kecil Mir-2 yang akan menelusuri kedalaman Danau Baikal.
Dalam misi inilah warga kemudian meyakini kapal selam menemukan kilauan
emas di kedalaman 700 meter.
Kata-katanya membuat saya membayangkan seperti apa
rasanya naik kereta di sini 100 tahun lalu, sehingga ketika saya kembali
berjalan naik ke kereta, saya langsung mencari kru kereta.
Dengan
membayar sedikit tip, kru membiarkan saya dan Dennis naik di lokomotif
tua, di sebelah perapian batu bara yang mendesis dan masih diisi secara
manual.
"Mencari emas ya?" tanya seorang kru saat kereta berjalan dengan bunyi peluit yang nyaring.
"Ayah
teman saya adalah seorang penyelam pro yang bisa bertahan di bawah air
selama lima menit. Dia menyelam mencari emas setiap musim panas tapi tak
menemukan apa-apa. Baikal menyimpan rahasianya."
"Jadi, emas benar-benar ada di sana, di bawah?" katanya.
Kru yang lain ikut bicara.
"Saat kapal selam penelitian
Mir masuk ke Baikal pada 2009, tim menemukan sisa-sisa kereta pada
kedalaman 700 meter. Mereka melihat ada objek-objek kecil yang mengilap
di sedimen dalam cekungan, mereka tak bisa sampai ke sana, tak bisa
mengambilnya dan membawanya ke permukaan. Jika itu bukan batangan emas,
lalu itu apa?"
Kereta berjalan semakin cepat dan bunyi gerakan roda besinya yang besar menjadi begitu memekakkan.
Selama
sejam ke depan, kami terlempar di dalam kabil yang kecil dan terkena
cabang-cabang pohon saat mencoba melihat pemandangan dari luar jendela.
Tapi
saya melihat sendiri betapa dekatnya jarak jalur kereta itu ke pinggir
tebing, dan rasa merinding karena berada di ketinggian itu membuat saya
pusing.
Image caption
Saat Perang Dunia I pecah, Gerakan Putih memindahkan
emas keluarga Tsar Nicholas II ke timur, dari St Petersburg ke Siberia.
Malam itu, saya duduk di teras hotel saya yang di
kota Listvyanka yang tenang, dekat dengan ujung selatan Baikal, dan
memulihkan diri dari perjalanan kereta yang penuh goncangan sambil
melihat matahari terbenam ke danau, yang mewarnai danau dengan kilau
keemasan.
Saya lagi-lagi terlibat debat dengan orang lokal - kali
ini seorang ibu bertubuh besar yang membela posisi pro-emas yang
familiar dan tak terbantahkan.
Anak laki-lakinya yang bertubuh
kurus tinggi di usia 20an mendengarkan dengan tenang, tapi si ibu mulai
merasa kesal karena saya berani meragukan legenda itu.
"Anda tak bisa hanya percaya dengan apa yang ditulis di buku. Anda harus mendengarkan cerita orang-orang!" katanya.
Dan
kemudian saya tersadar. Di Rusia, yang hidup dalam beberapa dekade
propaganda, apa yang tertulis di buku akan berubah dari satu rezim ke
rezim lainnya, mudah berubah seperti cuaca Baikal.
Monumen Kolchak yang saya lihat di Irkutsk adalah contoh yang tepat dari hal itu.
Informasi yang tercetak di buku bisa berubah seiring waktu, tapi
orang-orangnya, yang melihat, mendengar, dan meneruskan ulang apa yang
mereka ingat, bertindak sebagai sejarawan bagi mereka sendiri.
Bahkan
jika mereka menambah detil atau drama sedikit-sedikit, ingatan mereka
mungkin menyimpan lebih banyak kebenaran dari tumpukan halaman dari
media.
Saya terdiam karena penyadaran ini dan tidak menanggapi
pembicaraan si perempuan itu; dia merasa saya sedang mengabaikannya dan
dia pergi dengan mendengus.
"Ini adalah topik yang sensitif bagi keluarga saya," kata anak laki-lakinya.
"Ibu
saya mengatakan pada saya bahwa kakeknya membantu tentara mengubur
sebagian emas itu di hutan, tapi saat dia kembali, dia tak bisa
menemukannya. Dia menghabiskan tiap musim panas mencarinya, sampai satu
tahun dia tidak kembali. Dia menghilang."
"Maaf, saya tidak bermaksud menghina ibumu. Saya hanya ingin tahu apakah emas yang hilang itu benar-benar ada."
"Begitu pula dengan kami," dia meyakinkan saya sambil tersenyum.
"Itulah
sebabnya kami ingin legenda ini tetap hidup. Kisah ini menjadi bagian
dari lanskap kami, bagian dari Baikal, bagian dari Siberia. Terlalu
indah untuk mati." Anda bisa membaca versi asli tulisan ini di In search of Russia's lost gold di laman BBC Travel
0 komentar:
Posting Komentar