Burung Gajahan Pengala (Numenius phaeopus) yang berukuran besar
terlihat di pantai Selok Cilacap/Dok. Timur Sumardiyanto-Biodiversity
Society
Arbi Anugrah - detikNews
Banyumas - Ribuan burung asal Cina, Jepang dan
Siberia (Rusia-Asia) banyak terlihat di wilayah Banyumas, Jawa Tengah,
terutama di kawasan selatan Lereng Gunung Slamet dan sepanjang aliran
sungai Serayu. Burung-burung migran tersebut membutuhkan suhu hangat di
daerah tropis.
"Puluhan burung dari jenis elang, burung
layang-layang dan burung air tersebut berasal dari sekitar Siberia,
Cina, dan Jepang. Mereka terbang menempuh ribuan kilometer melalui
Semenanjung Malaya, melewati Sumatera, kemudian melintasi Jawa, dan
berakhir di kepulauan Nusa Tenggara," kata Koordinator Biodiversity
Society Banyumas, Timur Sumardiyanto, kepada wartawan, Jumat
(2/11/2012).
Migrasi burung tersebut terjadi setiap tahun. Burung
membutuhkan suhu hangat yang bisa ditemukan di daerah tropis. Salah
satu daerah tujuan mereka adalah kepulauan Indonesia.
"Sekarang
memang sedang musimnya burung-burung dari belahan utara khatulistiwa
bermigrasi. Mereka terbang ribuan kilometer menuju tempat yang hangat,
karena di tempat asalnya akan berlangsung musim dingin," jelasnya.
Dia
mengatakan, periode kedatangan migrasi burung-burung tersebut adalah
Oktober-November. Burung-burung tersebut terbang mengikuti tiupan angin
dan menghindari musim dingin. Setelah beristirahat sekitar tiga bulan,
mereka akan memulai perjalanan pulang pada awal Maret.
"Di
Indonesia, biasanya perjalanan mereka berakhir di Nusa Tenggara Timur.
Setelah itu, mereka akan kembali ke utara," tambahnya.
Dia
menyatakan, burung-burung yang saat ini sedang melakukan migrasi
tersebut, antara lain burung Sikep Madu Asia dan Elang Alap Cina. Burung
Sikep Madu berasal dari kawasan utara Jepang dan daerah Siberia.
Sedangkan burung Elang Alap berasal dari daratan Cina utara.
Selain
burung jenis raptor (pemburu), sebenarnya ada cukup banyak jenis burung
yang juga bermigrasi. Antara lain, dari jenis burung layang-layang dan
burung air.
Dalam sehari, rata-rata 800 ekor burung layang-layang
api dan layang-layang loreng Asia melintas di atas Bendung Gerak
Serayu. Burung-burung tersebut menggunakan kawasan hutan di sepanjang
daerah aliran Sungai Serayu untuk beristirahat pada malam hari. "Sungai
Serayu cukup disenangi burung migran karena melimpahnya makanan dan
air," ungkapnya.
Sementara, Hariyawan Agung Wahyudi, peneliti
keragaman hayati, menyatakan, kegiatan pemantauan proses migrasi burung,
secara tidak langsung sebenarnya bisa dikaitkan perubahan iklim dan
lingkungan. Bila terjadi perubahan kondisi lingkungan dan iklim di satu
daerah, maka akan terjadi perubahan pola migrasi dari burung-burung
tersebut.
"Migrasi burung sangat penting untuk mengetahui
perubahan kondisi lingkungan, terutama terkait geotermal. Penggundulan
hutan akan berdampak pada perubahan geotermal, dan burung bermigrasi
dapat menjadi indikator perubahan tersebut," kata Hariyawan Agung
Wahyudi, peneliti keragaman hayati yang sudah sejak tahun 2000 memantau
migrasi burung di kawasan Banyumas.
(arb/try)